Assalamu'allaikum....
rizensiaHype - Perubahan logo halal yang dilakukan oleh Kemenag RI menjadi pembahasan yang cukup panjang dikalangan masyarakat Indonesia, sehingga menimbulkan perdebatan yang gak ada habisnya.
Ada sebagian masyarakat yang bilang bahwa tulisan arab halalnya gak kebaca, dan menyalahi aturan tulisan arab dan lain sebagainya.
Nah, dari permasalahan logo Halal Kemenag RI ini, bisa menarik kita untuk belajar sedikit tentang seni tulisan kaligrafi atau khat.
Berikut ini penjelasan tentang tulisan kaligrafi halal Kemenag RI dari seorang maestro kaligrafi Indonesia dan pimpinan Lembaga Kaligrafi Indonesia (Lemka). Tulisan ini dikutip langsung dari akun Facebook Ustad Didin Sirojuddin.
LOGO حـــــلال ITU
(Didin Sirojuddin AR)
Kemenag RI telah mengeluarkan logo HALAL Indonesia, menggantikan logo حلال MUI yg sudah lama digunakan. Logo baru yg dirilis Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag ini jadi bahan perbincangan dan gunjingan yg sangat ramai dan panas, terutama terkait jenis KHATnya, susunan desain, warna, sampai bacaannya.
Kaligrafi logo baru yg menggunakan khat Kufi ini jelas-jelas terbaca حلال. Tapi لا/LAM ALIFnya bisa bias dan multi tafsir. Maka, ALIFnya lebih baik disambungkan ke telapak kakinya atau dibikin lam alif tunggal berlubang seperti لا Naskhi. Ini cara paling aman, selain untuk mengembalikannya kepada "ushul al-syakl" alfabet Kufi itu sendiri.
Goresan menjulur pucuk huruf ح/HA tidak salah, karena mengikuti tradisi Kufi Murabba' (persegi 4) untuk menyesuaikan diri dg spacenya. Tidak berbeda dg pucuk melengkung ح untuk mewakili Kufi Muwarraq (tipe daun). Tapi kalau dipangkas separuhnya, akan tambah jelas. Persis ل/LAM akhir yg apabila wilayah keluk pancingnya dipotong separuh, juga akan menambah kejelasan. Dengan begitu, pemenggalan di sayap kiri dan sayap kanan akan berjajar simetris. Adapun goresan merebah ke kanan di kepala dan lokasi "tarwisy" ل hanyalah "imtidad" alias pemanjangan bodi huruf untuk menyesuaikannya dg format ruang atau bidang yg sudah dirancang dan tidak mengkawatirkan menukar atau menyulap huruf lam menjadi ك/KAF.
Kenapa? Sebab, goresan merebah tsb sudah jadi hak milik ك/KAF Saefi (hunusan pedang) pada khat Tsulus, Naskhi, Farisi, Riq'ah, dan bukan Kufi. Lagian huruf ك/KAF Kufi awal, tengah, dan akhir sama bentuknya, dan tidak "menghunuskan pedang" seperti di wilayah kepala keempat gaya khat tsb. Maka, logo baru ini tidak akan terbaca هلاك (halak dg هـ/HA besar) yg berarti "kebinasaan" seperti di-duga², karena huruf awalnya dg ح/HA kecil dan huruf akhirnya dg ل/LAM bukan ك/KAF, jadilah حلال/HALAL.
Logo baru حلال tidak bisa dibaca حرام (haram) kecuali dg memodivikasi لا/LAM ALIF dan ل/LAMnya. Seandainya juluran ل pada لا -nya dipenggal menjadi tersisa kira² sepertiganya (sehingga berubah jadi ر/RA) dan goresan putus ل/LAM akhir "disambungkan" (sehingga berubah jadi مـ/MIM) barulah jadi حرام/HARAM . Tapi bila tetap menjulang sampai batas langit² huruf, statusnya tetap ل/LAM. Memang ada satu goresan, misalnya pada khat Diwani, yg memungkinkan punya dua bacaan, tentu dg alasan. Satu goresan bisa dibaca bi'sa (بئس) kalau bertemu المصير dan dibaca Yasin (يس) apabila nyambung ke والقرآن الحكيم . Tapi dalam "kasus halal-haram" ini, tamsil tsb. tidak berlaku.
Menstempel kaligrafi logo dg label khat Syaka (Syakahayang, Syakenanya, Syakadaek, Syakainget, Sya'ayana, Syakarepedewek) kurang memenuhi syarat, karena tidak ditulis ngasal²an yg menghasilkan goresan "cakar ayam". Tetapi dibuat dg rancang desain matematis full perhitungan, mempertimbangkan citarasa seni yg tinggi, dan berasaskan filosofi dan pemikiran mendalam. Tiga keriterium ini termaktub dalam 3 "mabadi asasiyah" kaligrafi, yaitu:
• satu: الخط علم (kaligrafi adalah ILMU),
• dua: الخط فن (kaligrafi adalah SENI), dan
• tiga: الخط فلسفة (kaligrafi adalah FILSAFAT).
Kenapa berubah ke Kufi dan tdk mempertahankan gaya Naskhi seperti logo yg dulu dan logo² حلال punya negara² lain yg hampir seluruhnya menggunakan khat Naskhi? Ini hanya soal pilihan berdasarkan tujuannya. Naskhi tujuannya "fungsional" supaya mudah dibaca. Kufi dan non-Naskhi lain tujuannya "estetis" supaya kemahiran membaca tadi ditambah dg citarasa seni, pemahaman estetika, dan mau tolabul ilmi kaligrafi lagi. Meskipun bersifat estetis atau seni, Kufi logo ini tidaklah rumit. Sehingga mudah²an saja masih bisa memenuhi harapan diciptakannya sebuah logo, yaitu: simpel (sederhana, tak rumit), gampang diingat alias memorable, pas dan cocok dg yg diwakili (apropriate), ukuran bisa dibaca meskipun dikecilkan (resizable), dan timeless alias awet, berlaku sampai hari Kiamat.
Seperti memilih jenis dan gaya khat, warna huruf juga soal pilihan. Tidak bisa memfatwakan warna logo lama atau yg baru yg lebih bagus. Yg penting, sensasional dan filosofis. "Colour is sensation," kata William F. Powell. Warna logo telah dijelaskan pula dan dibumbui tafsirannya kpd publik. Di bawahnya juga diterakan huruf Latin HALAL yg cukup menjelaskan. Menarik, Al-Qur'an pun menyinggung keanekaragaman warna² primer (مختلف ألوانه، مختلفاألوانها) dg watak, fungsi dan filosofinya. Jadi, kaligrafi akan tampil manis dg warna apa pun. Yg penting "dicelup" oleh, setidaknya, 4 aspek alam, budaya, psikologi, dan globalisasi:
• WARNA ALAM -- Dasar warna diambil dari warna alam. Misalnya, biru langit, biru muda, hijau daun, coklat tanah.
• WARNA BUDAYA -- Pilihannya berdasarkan pada tradisi atau budaya. Misalnya, dari warna baju adat dan hasil bumi. Warna yg terpengaruh budaya ini, antara lain kuning, oranye, merah marun, dan ungu.
• WARNA PSIKOLOGI -- Warna yg mengekspresikan emosi dan gaya hidup. Warna²nya, antara lain, merah muda dan hijau apel.
• WARNA GLOBALISASI -- Kelompok warna yg berunsur teknologi, antara lain, abu² muda, biru muda, dan oranye muda.
Khat Kufi merupakan kaligrafi Arab tertua dan sumber seluruh kaligrafi Arab. Tulisan produk kota Kufah ini berasal dari khat kuno Jazm yg terpecah dari khat Musnad. Ciri asalnya kaku-kering (jamid/dry writing) yg juga jadi simbol filosofinya, bahwa masyarakat Arab dulu hidup kaku, kasar, dan jahiliyah. Tapi kehadiran Al-Qur'an merubah semuanya. Teks Al-Qur'an sendiri awalnya disalin oleh khat Kufi Mushaf, sehingga Kufi menjadi tulisan "raja" satu²nya yg digunakan utk menyalin Al-Qur'an. Kufi langsung berubah dan berkembang. Dari semula berciri "mabsuth wa mustaqim" (kejur dan lurus), berubah jadi "qobilun litta'dil" (menerima modivikasi) dan "qobilun littakyif" (gampang beradaptasi). Ini kabar baik bagi para seniman. Seperti dikomentari Maruf Zureiq:
ثم أصبح الخط الكوفى فناقائمابذاته، يتخصص بكتابته بعض الخطاطين الفنانين
Artinya: "Kemudian khat Kufi berubah menjadi seni yg berdiri sendiri sebagai instrumen ekspresi para seniman kaligrafi."
Dari kaku menjadi luarbiasa lentur, plastis, khat Kufi bisa dibentuk apa saja dari pola arsitektural bangunan sampai format lancip, bulan sabit, kubah, lingkaran, oval, persegi (square), diagonal, triangular, four triangles, hexagonal, octagonal, dll. sehingga sangat mudah membentuk gunungan dg motif sarjan (baju khas jawa utk pria) atau lurik gunungan pada wayang kulit yg berbentuk limas seperti pada logo حلال.
Akhirnya, fungsinya tak lagi terbatas utk menyalin Al-Qur'an, Kufi juga dipergunakan sebagai lambang² dlm inskripsi Arab atau sebagai tulisan dekorasi dan cetakan mata uang Dirham seluruhnya. Kufi hias benar² menjadi elemen penting dlm seni Islam. Ketika berbentuk ornamental, gaya susun tulisan² tsb akan menunjukkan keserasian yg sempurna.
Yg mengagumkan, bentuk² tadi bisa diterapkan utk seluruh jenis Kufi: Kufi Basit, Musattar atau Murabba, Musattar Muta'assir bil Rasm, Musattar Muta'assir bil Falsafah, Musattar Mutasyabik. Disusul kemudian Kufi yg berafiliasi ke bentuk, yaitu Kufi Mutalasiq, Muwarraq, Muzakhraf atau Muzahhar, Muzayyin Nafsah, Madfur atau Ma'qud atau Mutarabit, Muta'assir bil Rasam. Sisanya Kufi yg berafiliasi ke masa, yaitu: Kufi Andalusi, Fatimi, Ayubi, dan Mamluki. Subhanallah, tulisan indah khat atau kaligrafi tdk saja memenuhi keperluan estetis tetapi juga keperluan fungsional, tdk hanya fungsional tapi juga estetis. Keduanya harus diperpadukan.
• Kampus Seniman Muslim, PESANTREN KALIFRAFI ALQURAN LEMKA,
Sukabumi, 17/03/2022 M
(Nishfu Sya'ban 1443 H)